Dalil Berkata Logika Menerima

Dimanakah Allah berada ?

Pertanyaan seperti ini menjadi populer semenjak gerakan kaum Wahabi merebak keseluruh Nusantara. Sebelumnya hampir tidak penah dipertanyakan.
Mengapa demikian ?
Karena kaum Wahabi mempunyai keyakinan bahwa Allah-nya menyerupai mahluk, yang membutuhkan tempat utuk tinggal (berdiam).

Kebingungan kaum wahabi :
Kaum wahabi bingung dalam memahami keberadaan Allah, mereka berpegang pada dalil dengan mengartikan dalil tersebut dengan makna dhahirnya saja. Sehingga mereka menduga bahwa Allah-nya duduk di Ars.
Akan tetapi, pada saat yang lain mereka menduga Allah-nya berada di langit.

Kaum Wahabi menduga Allah duduk diatas Ars dengan dasar dalil ini :


إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ ۗ أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ ۗ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ


Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy . Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
(QS. Al-Araf : 54)

Mari kita memahami dalil diatas dengan menggunakan ajaran Sayyidiana Ali RA. yang telah mendapat pelajaran langsung dari Rasulullah SAW.
Sayyidina Ali RA. berkata:

إنّ اللهَ خَلَقَ العَرْشَ إْظهَارًا لِقُدْرَتهِ وَلَمْ يَتّخِذْهُ مَكَانًا لِذَاتِهِ

“Sesungguhnya Allah menciptakan ‘arsy (makhluk Allah yang paling besar bentuknya) untuk menampakan kekuasaan-Nya, bukan untuk menjadikan tempat bagi Dzat-Nya”  
(Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333).

Dari penjelasan diatas, maka dapat difahami bahwa 'Ars merupakan makhluq Allah (ciptaan Allah) yang berfungsi sebagai tempat pengaturan (pusat kendali / pemerintahan) alam semesta atas seizin Allah.
Bukan merupakan sebuah singgasana untuk tempat duduk Dzat Allah, seperti pemahaman kaum wahabi.

Beliau juga berkata:

كَانَ اللهُ وَلاَ مَكَان وَهُوَ الآنَ عَلَى مَا عَليْه كَانَ

“Allah ada tanpa permulaan dan tanpa tempat, dan Dia Allah sekarang setelah menciptakan tempat tetap sebagaimana pada sifat-Nya yang azali; ada tanpa tempat”
(Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam al-Farq Bain al-Firaq, h. 333)
.



Allah ada tanpa tempat dan arah, Allah ada tanpa permulaan dan 
Allah ada, jauh sebelum menciptakan tempat dan arah



2 komentar: